Saya masuk ke Universias Bengkulu lewat jalur mandiri. SNMPTN, SBMPTN, SPAN-PTKIN
semuanya saya enggak lolos. Terus saya coba ikut UM-PTKIN, eh pas kelulusan
alhamdulillah saya diterima di uin RF Palembang. Tapi, apa mau dikata. Orang
tua saya enggak ada yang terlihat bahagia mendengar kabar ini. Yupss, karena
permasalahan ekonomi tentunya. Jadi, saya disuruh ikut test jalur mandiri di
Unib, biar enggak usah jauh-jauh kuliahnya. Dan di hari pengumuman kelulusan,
saya diterima di jurusan Ilmu Komunikasi. Rasanya antara bahagia dan tak
bahagia.
Teman-teman tahu kan bahwa jalur mandiri itu biayanya lebih besar dari
jalur lainnya. Dan hal itulah yang membuat saya jadi galau tingkat tinggi. Saya
harus membayarkan uang sejumlah 15 juta, plus ukt di semester satu 1,8 juta.
Uang sebanyak itu harus dibayarkan dalam satu waktu dan tidak boleh dicicil.
Setelah perundingan yang lama antara kedua orang tua saya, akhirnya
diputuskan saya jadi masuk Unib dengan uang bangunan sebesar itu. Darimana
uangnya? Ya, minjam uang dulu ke tetangga dan sanak keluarga. Hal ini tentu
menjadi beban tersendiri buat saya. Untuk menyekolahkan saya seorang saja
sampai menghabiskan uang sebanyak itu. Dan mulailah banyak pikiran mengenai
mencari beasiswa agar bisa mengembalikan atau setidaknya mengurangi beban orang
tua saya.
Waktu itu, Unib menyelenggarakan beasiswa bidikmisi untuk jalur mandiri.
Tapi saya tidak megambilnya, dikarenakan salah satu syaratnya tidak terpenuhi.
Saya dua semester tidak mendapat peringkat 10 besar. Lagipula jenjang waktu
pengumpulan berkasnya hanya seminggu. Saya mesti minta surat rekomendasi, pernyataan
dan semacamnya ke Madrasah saya dulu. Sementara saya juga masih disibukkan
dengan registrasi ulang mahasiswa baru. Saya akhirnya melepas beasiswa itu.
Nah, disinilah dimulainya perjuangan mencari beasiswa. Saya memiliki banyak
kakak tingkat yang suka membagikan info mengenai beasiswa. Bahkan saya
menyimpan kalender beasiswa yang diberikan oleh kakak tingkat itu. Saya bersama
salah seorang teman saya bahkan sering bercanda mengenai kalender beasiswa.
Kami berdua memperhatikan dengan seksama beasiswa apa yang akan kami coba.
Seiring waktu berjalan, belum ada kabar-kabar mengenai pembukaan beasiswa.
Hingga waktu itu saya yang hobinya menulis, mencoba mengikuti lomba menulis
surat untuk rektor yang diadakan oleh DEMA FTK Uinsa. Saya lupa dan memang
tidak pernah mencatat kapan pengumuman setiap lomba yang saya ikuti.
Tiba-tiba saja di malam hari, ada sebuah sms masuk. Saya membacanya dengan
perasaan yang agak takut waktu itu. Karena sms yang masuk adalah dari panitia
lomba, tapi smsnya terpotong di bagian terpenting. Yaitu bagian nama-nama
pemenang lomba. Ponsel saya adalah ponsel mito biasa, yang speakernya membahana
badai. Jadi karena saya penasaran, saya akhirnya mencoba sms kembali panitianya
untuk meminta sms ulang dengan kalimat di perpendek atau kirim via email saja.
Dan.. ya akhirnya panitia mengirimkan pengumuman via email. Jeng, jeng,
jeng... saya mendapat juara 1 untuk kategori umum. Huaaa, saya saat itu
senangnya luar biasa. Dan saya bisa mengambil hikmah dari apa yang terjadi.
Surat untuk rektor yang saya buat berisikan curhatan saya mengenai uang
pembangunan bagi mahasiswa jalur mandiri. Dari sanalah saya memahami bahwa apa
yang terjadi itu tentu ada hikmah yang dapat diambil, dengan pengalaman yang
saya alami tentang jalur mandiri, saya dapat memenangkan lomba menulis surat
tingkat nasional.
Hingga di akhir bulan Desember, terdengarlah simpang siur mengenai beasiswa
Bank BNI. Saya dan beberapa teman penasaran dan ingin mengikuti beasiswanya.
Tapi informasi yang ada tidak lengkap dan kurang memuaskan. Saya akhirnya
memutuskan berhenti mencari informasi beasiswa Bank BNI.
Pergantian tahun. Saya mendengar kabar pembukaan beasiswa PPA di bulan Februari.
Waktu itu saya sempat tergiur untuk mengikuti beasiswa PPA, dimana semua
persyaratan sudah diberikan dari jurusan masing-masing. Kita tinggal mengisi
dan menunggu pengumuman. Tapi, beasiswa ini banyak sekali peminatnya. Mungkin karena
informasi yang gencar diumumkan dan persyaratan yang mudah.
So, tiap kali lihat
mahasiswa menenteng map coklat pasti mudah ditebak, dia mau mengikuti beasiswa
PPA. Di dekanat, jurusan, gedung kuliah, bahkan di tempat foto copy.
Penerima beasiswa di jurusan saya hanya memiliki kuota 10 orang saja, itu
dari angkatan atas sampai angkatan 2016. Jadi, terlalu banyak peminat membuat
saya tidak jadi mengikuti beasiswa PPA. Bukan karena saya takut bersaing, tapi
ada yang lebih membuat saya bersemangat mengikuti beasiswa lain.
Beasiswa Unggulan Masyarakat Berprestasi Kemdikbud. Pertama kali tahu
beasiswa ini dari postingan salah satu kakak kelas saya di smp, dan kakak
tingkat saya di Unib. Saya yang kepo langsung membuka alamat webnya dan membaca
dengan seksama apa saja persyaratan yang harus dipenuhi. Dan saya menemukan
kecocokan dengan beasiswa ini.
Ehh, ternyata salah satu teman satu jurusan dan satu hobi juga tertarik
mengikuti beasiswa ini. Yup, jadilah kami berdua berencana mengikutinya. Di
penghujung pendaftaran beasiswa batch 1, saya dan ada dua teman saya yang
bersemangat itu akhirnya gugur satu. Dia menyerah begitu saja dengan beasiswa
ini karena waktu yang hanya tersisa beberapa hari saja. Eng-ing-eng. Salah satu teman saya lagi yang satu
jurusan dan satu hobi tertarik mengikuti beasiswa ini. Jadilah kami bertiga
mengurus seluruh kelengkapan berkas.
Yang tersulit dari banyak berkas itu adalah
meminta surat rekomendasi. Huaaa, waktu itu kami bertiga sudah benar-benar
pasrah dengan surat yang satu itu, karena dari pihak yang seharusnya memberikan rekomendasi tidak mau melakukannya, alasannya karena katanya beasiswa ini tidak jelas dan tidak bekerjasama dengan kampus. Malah menyarankan untuk ikut beasiswa PPA dan Bank BI yang waktu itu memang lagi dibuka. Ada satu lagi sih yang paling membekas sampai saat ini dan tidak mungkin aku lupa. Beliau mengatakan jangan melakukan hal yang ketinggian, Beasiswa Unggulan ini terlalu tinggi untuk kami, ikut saja beasiswa yang sudah pasti-pasti. Hahaha, sebagai mahasiswa yang tidak punya power lebih untuk bersuara, kami cuma bisa tersenyum kecut ketika diberikan berkas beasiswa PPA dan meninggalkan ruangan beliau.
Namun, akhirnya kami mencoba kembali ke jurusan, dan akhirnya kajur mau memberikan surat
rekomendasi. Selesai sudah surat super duper sulit ini. Untuk loa/surat tanda
aktif kuliah tidak sulit mendapatkannya, sehari-dua hari sudah bisa didapatkan.
Tersisa waktu dua hari lagi waktu pendaftaran. Kami bertiga fokus
mengerjakan essay dan proposal rencana studi. Saya terlebih dahulu mengerjakan
essay, setelah selesai barulah saya mengerjakan proposal rencana studi. Karena
terlalu sibuk dan tidur kemalaman, saya sampai lupa makan dan akhirnya masuk
angin dan terkena maag.
Waktu terakhir pendaftaran, saya menyelesaikan proposal dengan sakit perut
yang tidak tertahankan. Keringat dingin dan pusing setia menemani saya.
Eng-ing-eng. Saya waktu itu tidak tahu harus scan rapot, langsung kebingungan.
Hingga akhirnya saya menghubungi adik saya supaya cepat pulang ke rumah, karena
tidak mungkin saya ke foto copy dengan sakit perut yang tidak tertahankan ini.
(*lebayy)
Akhirnya saya menyelesaikan pengupload-an berkas-berkas pada hampir
maghrib. Berikut email yang didapat setelah pendaftaran:
Tahap satu telah usai, saya harus menunggu pengumuman satu bulan kemudian.
Lalu, lanjut ke postingan bagian dua ya: Perjalanan Menuju Beasiswa Unggulan Masyarakat Berprestasi: Bagian 2
Lalu, lanjut ke postingan bagian dua ya: Perjalanan Menuju Beasiswa Unggulan Masyarakat Berprestasi: Bagian 2
0 Komentar